Kamis, 19 April 2012

Mari Meraih Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan adalah mimpi setiap orang gan, sob. Ia dirindukan namun sering tak kunjung datang. Dan hingga manusia selalu tergerak untuk meraih kebahagiaan sejati  itu. Dengan demikian, meski penderitaan tetap ada, pada dasarnya manusia cenderung untuk mendambakan kebahagiaan.

Manusia memang seharusnya bahagia sobat. Bahagia adalah sebuah pilihan dan kewajiban. Meski manusia tak jarang ditimpa musibah bahkan secara beruntun, ia tetap bisa merasakan bahagia. Artinya ada pilihan ketika manusia merasakan kondisi seperti itu. Apakah ia akan tetap berada dalam penderitaan tersebut atau memilih untuk tidak tenggelam dalam penderitaan tersebut. Justru penderitaan itu ia gunakan sebagai pijakan untuk merasakan kebahagiaan.
 
Saya pernah baca kisah seorang penyair dan sufi besar  sob, bernama Sa’di. Dia pernah merasakan kesedihan dalam hatinya karena ia kehilangan sepatu. Ia menderita dan sedih. Hingga pada suatu saat ketika ia berada di Masjid Kufah, ia melihat seseorang yang telah kehilangan kedua kakinya. Namun, orang tersebut tak terlihat menderita atau sedih sama sekali.

Lalu dia Sa’di kemudian merasakan perasaan yang lain. Ia memang masih tak punya sepatu namun ia tak lagi menderita maupun bersedih. Ia kemudian bersujud kepada Allah SWT dengan penuh rasa syukur. Perasaan Sa’di berubah atas musibah yang ia alami.

Agama telah menyatakan, supaya manusia tidak berduka dengan apa yang hilang dari mereka dan tidak terlalu bersuka ria dengan apa yang datang kepadanya. Kebahagiaan yang sejati adalah kepuasan menerima apa yang Allah takdirkan. Termasuk di dalamnya ketika ditimpa kehilangan. Meski banyak orang yang terpaku dengan sebuah kehilangan yang menimpanya.

Mereka seakan mengalami missing tile syndrome atau sering disebut dengan sindroma genteng hilang. Pada suatu ketika seseorang melihat atap rumahnya, dilihatnya atap itu lengkap. Pada saat berikutnya, orang itu melihat ada satu genteng yang hilang di atap rumahnya. Orang itu terus memikirkan genteng yang hilang itu. Melupakan semua genteng bagus yang masih berada di atap rumah. Ini membuatnya menjadi menderita. Ini pun terjadi dalam kehidupan kita. Jika seseorang terus memusatkan pada sesuatu yang hilang, tentu tak akan membuatnya bahagia.

Menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya juga menjadi tangga mencapai kebahagiaan. Karena tujuan akhir dari semua perintah Allah adalah untuk meraih kebahagiaan. Allah telah menyuruh manusia untuk ruku dan sujud serta berbuat kebaikan agar manusia bahagia. “Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit.” (QS. 20: 124).

Selain itu, tak semestinya kebahagiaan itu dinikmati sendiri. Jika meneladani Nabi Muhammad SAW, maka seorang Muslim tak akan memonopoli kebahagiaan tersebut. Sebab Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan merupakan amal yang paling utama jika membuat orang lain bahagia. Dan marilah kita semua sob untuk tetap mensyukuri hidup ini dan berusaha untuk selalu bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar